BAB
4
PERKEMBANGAN
ISLAM INDONESIA PADA MASA KEMERDEKAAN
A.
Peran Umat Islam Dalam
Mencapai Kemerdekaan
Kemerdekaan
bangsa Indonesia tidak lepas dari peran umat Islam yang ada di
Indonesia.Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islamsecara tidak
langsung menyatakan bahwa agama Islam melalui perjuangan para pemeluknya
menjadi factor khusus tercapainya kemerdekaan.
Peran
umat Islam dalam mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia tidak terjadi dalam satu
gerakan,satu waktu dan satu komando,namun banyak kelompok-kelomok atau
perkumpulan yang didirikan oleh para tokoh.Namun tidak sepertibayangan kita
bahwa semakin banysk perkumpulan maka semakin banyak kekuatandan mempercepat
kemerdekaan,akan tetapi tidak sedikit malah menjadi factor perpecahan.Sehingga
Soekarno memiliki ide untuk membuat sebah terobosan dengan menerapkan demokrasi
terpimpin dengan menyiapkan Persatuan Indonesia (yang dikenal dengan NASAKOM)
:Nasionalisme,Agama dan Komunisme.Akan tetapi rencana tersebut tidak bias
berjalan dengan maksimal setelah komunis melakukan kudeta pada tahun 1965.
Dibawah
ini merupakan beberapa peranan atau gerakan umat Islam pada masa perang
kemerdekaan.
1. Sarekat Islam
Sarekat Islam adalah satu satunya
gerakan Islam yang tegas menjurus kea rah perjuangan politik.Mula-mula Sarekat
Islam berasal dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada tanggal 16
Oktober 1905 M oleh Haji Samanhudi di Solo.Perkumpulan ini berdiri dengan
maksud untuk meningkatkan taraf hidup umat Islam terutama dalam dunia
perniagaan.Sejak tahun 1912 M,dibawah pimpinan Haji Umar Said
Cokroaminoto,Sarekat Islam berubah menjadi gerakan politik yang bersifat
keagamaan dan kerakyatan.
Haji Oemar Said Cokroaminoto yang dalam
waktu singkat dapat menghimpun dua setengah juta manusia yang siap untuk
mendukung cita-cita kemerdekaan.Berkat didikan H.O.S Cokroaminoto timbul
kesadaran berpolitik,bersatu dan bernegara.Bungk Karno presiden pertama
mengakui kebesaran H.O.S.Cokroaminoto.Bahkan beliau adalah guru bung Karno
dalam arti yang sesungguhnya.Oleh karena itu tidaklah aneh jika kemudian
Sarekat Islam menjadi pelopor utama berdirinya gerakan Nasional.Dengan demikian
awal perjuangan nasional bangsa Indonesia pada hakekatnya merupakan perjuangan
umat Islam karena Sarekat Islamlah yang kali pertama mengobarkan semangat
kebangsaan yang meliputi seluruh tanah air.Semangat nasional dikobarkan melalui
konggres nasional pertama bernama National Indische Conggres (NATICO).
Dalam konggres nasionalnya yang kedua
pada tahun berikutnya,Sarekat Islam menuntut agar rakyat Indonesia mendapatkan
pemerintahan sendiri.Hal tersebut membuat pemerintahan Belanda menjadi
ketakutan,sehingga Sarekat Islam mendapat pengawasan yang sangat ketat.Cabang
Sarekat Islam semakin meluas di seluruh penjuru tanah air,dan anggotanya
mencapai 2.250.000 orang.Ajaran Islam tentang sosialisme benar-benar
dipraktikkan oleh Sarekat Islam.
Sekitar tahun 1920 M, beberapa tokoh
komunis berhasil menyusup ke dalam Sarekat Islam seperti Semaun, Alimin,dan
Darsono yang berusaha membelokkan Sarekat Islam.Mereka berusaha mengubah
Sarekat Islam menjadi Sarekat Internasional.
Pada tahun 1924 M,Sarekat Islam
memutuskan untuk menjalankan politik hijrah, yakni tidak mau lagi bekerjasama
dengan Belanda (Nonkooperasi) sehingga Sarekat Islam tidak lagi mengirimkan ke
Volksraad.Sejak itu Partai Sarekat Islam dianggap oleh pemerintah colonial
sebagai partai yang amat berbahaya.Pada tahun 1931 M, Partai Sarekat Islam
berubah namanya menjadi PSII ( Partai Serikat Islam Indonesia).
2. Jam’iyatul Khair
Perkumpulan Jam’iyatul Khair yang
didirikan pada tahun 1905 M di Jakarta merupakan pergerakan Islam yang kali
pertama di pulau Jawa.Jam’iyatul Khair berperan dalam pembaruan dan pemurnian
agama Islam di beberapa tempat di Indonesia yang satu sama lainnya memiliki
sifat yang berbeda-beda.Akan tetapi secara keseluruhan mereka mempunyai tujuan
yang sama yaitu “ Izzzul Islam wal Muslimin” (kejayaan Islam dan umatnya).
Perkumpulan ini memilki pengaruh dalam
membangkitkan semangat baru di Indonesia dengan cara menerbitkan
karangan-karangan dengan tema yang membangun semangat kebangsaan, sehingga
dapat memberikan dorongan untuk mencapai kemerdekaan.Akan tetapi perkumpulan
ini tidak diijinkan untuk membuka cabang,sehingga tidak dapat memperluas
gerakannya.
3. Persyarikatan Ulama
Pada tahun 1911 M, berdirilah gerakan
modernis Islam yaitu Persyarikatan Ulama,yang didirikan oleh Abdul
Halim.Organisasi ini berpusat di daerah Majalengka Jawa Barat.Organisasi
Persyarikatan Ulama diakui secara hokum oleh pemerintah Hindia Belanda ada
tahun 1917 M dengan bantuan H.O.S.Cokroaminoto (ketua Sarekat Islam).
Pada tahun 1924 M,Persyarikatan Ulama
secara resmi meluaskan daerahnya ke seluruh Jawad an Madura,bahkan pada tahun
1937 M telah menyebar ke seluruh Indonesia.Persyarikatan Ulama bergerak
dibidang pendidikan dan social dengan membuka sebuah rumah anak yatim ada tahun
1930 M yang diselenggarakan oleh Fathimiyah.Beberapa perusahaan berada di
pengawasan organisasi ini, yaitu 2,5 ha tanah yang dibeli pada tahun 1927 M
untuk pertanian, sebuah percetakan dalam tahun 1930 M, dan sebuah perusahaan
tenun tahun 1939 M.Persyarikatan Ulama juga bergerak dibidang tabligh.Pada
tahun 1930 m Persyarikatan Ulama menerbitkan majalah dan brosur sebagai media
penyebaran dan cita-citanya.
4. Muhammadiyah
Organisasi Muhammadiya didirikan oleh
KH.Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 Noember 1912 M bertepatan dengan
tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H.Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun
pada tahun 1869 M dengan nama Muhammad Darwis.Ayahnya bernama KH.Abu Bakar bin
Kyai Sulaiman,seorang khotib di masjid keratin.Ibunya putra H.Ibrohim bin Kyai
Hasan,seorang penghulu kesultanan Yogyakarta.Muhammad Darwis tidak masuk
sekolah umum,melainkan ia dididik langsung oleh orang tuanya tentang ilmu
membaca al-Qur’an dan ilmu pengetahuan lainnya.Setelah itu,ia melanjutkan study
kepada ulama lain di luar Yogyakarta dalam bidang tafsir,hadits,nahwu dan
fiqih.
Pada tahun 1890 M,Muhammad Darwis
berangkat menuju tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus
menambah ilmu pengetahuan.Setelah kembali ke tanah air,namanya diubah menjadi
Ahmad Dahlan.Pada tahun 1903 M,Ahmad Dahlan kembali ke tanah suci dan menetap
selama dua tahun disana.Pada saat itu,ia belajar secara lebih intensif.Ahmad
dahlan belajar tafsir al-Manar karya Muhammad Rosyid Ridlo yang memberikan
cahaya terang dalam hatinya serta membuka akal pikirannya jauh ke depan tentang
bagaimana situasi dalam kondisi Islam di Indonesia.
Pada kunjungannya yang kedua ini,beliau
mendapat kesempatan bertemu dengan Muhammad Rasyid Ridlo,seorang mujahid Islam
yang terkenal.Keduanya terlibat dalam pertukaran pikiran tentang ide-ide yang
mengarah kepada pembaruan Islam.Adapun factor-faktor yang mendukung
didirikannya Muhammadiyah adalah sebagai berikut :
1.
Rusak dan hilangnya peranan
umat Islam,baik dalam bidang politik,ekonomi,kebudayaan,pendidikan maupun
keagamaan.
2.
Islam yang ada pada waktu
itu masih bercampur aduk dengan bermacam-macam paham ,sehingga timbul
bid’ah,khurofat dan syirik.
3.
Adanya usaha keras untuk
mengkristenkan bangsa Indonesia.
4.
Generasi muda Islam sudah
banyak terpengaruh dengan kebudayaan barat yang merendahkan Islam.
Oleh karena itu Ahmad Dahlan
tergerak hatinya untuk mendirikan pergerakan Muhammadiyah.Gerakan ini mendapat
restu dari ulama-ulama di Yogyakarta dan sekitarnya.Ahirnya semua mendukung
berdirinya Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 M.Muhammadiyah didirikan
di Yogyakarta.Tujuan dan cita-cita Muhammadiyah pada awalnya adalah :
1.
Mencapai syurga jannatun
na’im dengan ridlo Alloh yang Rohman dan Rohim.
2.
Mencapai masyarakat yang
sejahtera,aman,damai makmur dan bahagia disertai nikmat Alloh yang melimpah.
Pada tahun 1914 M Muhammadiyah
melebarkan sayapnya keluar Yogyakarta untuk mencapai dua tujuan mulia,yaitu
kebahagiaan dunia dan akhirat.Orang harus memperteguh iman,mempertebal amal ibadah,mempertinggi
akhlak,serta mempergiat dan memperdalam ilmu pengetahuan agama sehingga
memperoleh kemurnian.
Muhammadiyah berusaha memajukan dan
memperbarui pendidikan,pengajaran,dan kebudayaan serta memperluas wawasan ilmu
pengetahuan sesuai ajaran Islam.Muhammadiyah juga berupaya mempergiat dan
menggembirakan dakwah Islamiyah dengan amar ma’ruf nahi munkar,memdirikan dan
memelihara dengan baik tempat ibadah dan wakaf,serta membimbing kaum wanita
dalam memperoleh hak-haknya.Selain itu,perhatian terhadap kaum wanita sangat
menonjol dengan didirikannya organisasi Aisyiyah dan untuk gadis-gadis
didirikan Nasyi’atul Aisyiyah.
5. Sumatera Thowalib
Organisasi Sumatera Thowalib berdiri
pada tahun 1918 M di Sumatera Barat.Perhimpunan ulama dan pelajar Islam dengan
nama Sumatera Barat Thowalib ini dipelopori oleh Dr.H.A.Karim Amrulloh dan
Dr.H.Abdulloh Ahmad, dua orang ulama dan “ Ulama Empat Sekawan” golongan “ Kaum
Muda”.Empat Sekawan golongan “Kaum Muda” yang dimaksud adalah Syekh Muhammad
Jamil,H.Muhammad Tholib Umar,Dr.H.A.Karim Amrulloh dan Dr.H.Abdulloh Ahmad.
Sekolah-sekolah dan pendidikan Islam
yang didirikan oleh Sumatera Thowalib ini mendapat perhatian besardari pemuda
diseluruh Sumatera hingga ke semenanjung Malaka.Pada tahun 1928 M, perkumpulan
ini berubah menjadi partai politik dengan nama Persatuan Muslim Indonesia (Permi).
6. Persatuan Islam (Persis)
Persatuan
Islam didirikan di Bandung pada permulaan tahun 1920 –an.Misi utama organisasi
ini adalah pemurnian pengamalan syariat Islam.Pembentukan sebuah cabang Persis
tergantung pada inisiatif peminat dan tidak didasarkan pada suatu rencana yang
dilakukan oleh pimpinan pusat.Namun pengaruh dari organi Persis ini jauh lebih
besar dari pada jumlah cabang ataupun anggotanya.Pada tahun 1923 Mhanya selusin
anggota berpartisipasi dalam sholat berjama’ah pada hari jum’at yang
diselenggarakan oleh Persisi Bandung.Namun pada tahun 1924 M,ketika invasi
Jepang ke Indonesia,jama’ah sholat jum’at bertambah sehingga tidak kurang dari
6 masjidyang ditempati 500 orang.
Persisi berusaha menyebarkan cita-cita
dan pemikirannya.Ini dilakukan dengan pertemuan umum, tabligh dan khutbah.Dalam
kegiatannya, Persis mendapat dukungan dua tokoh penting yaitu Ahmad Hasan yang
dianggap sebagai guru Persis yang utama dan Muhammad Nashir sebagai pelanjut
pemikiran Ahmad Hasan.
7. Nahdhatul Ulama (NU)
Pada bulan Januari tahun 1926 M,
organisasi NU (Nahdatul Ulama) didirikan oleh seorang kyai yang bernama
H.Hasyim Asy’ari.Pada masa beliau, umat Islam sangat terdesak oleh perlakuan
penjajahan Belanda yang sewenang-wenang terhadap umat Islam.Mereka melarang
umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan Islam, seperti
mendirikan pesantren atau sekolah keagamaan lainnya.Sementara itu guru-guru
Kristen diperbolehkan mendirikan sekolah dan mengajar di sana kemudian para
lulusannya banyak diangkat menjadi pegawai negeri dan pemimpin masyarakat.
Melihat gejala yang tidak menguntungkan
umat Islam ini, maka pada ahir abad ke 19, K.H.Hasyim Asy’ari mendirikan
organisasi atau jam’iyah Nahdatul Ulama yang artinya kebangkitan para
ulama.Nahdlotul Ulama bertujuan membangkitkan semangat juang ara ulama
Indonesia dengan cara mempergiat dakwah dan pendidikan.Selain itu, Nahdatul
Ulama menganjurkan agar syariat Islam diberlakukan dalam masyarakat dengan berdasarkan pada salah satu madzhab
yang empat yaitu Hanafi,Maliki,Syafi’I dan Hambali.Untuk mencapai maksud
tersebut didirikanlah madrasah, pesantren dan tempat kursus.
Nahdatul Ulama dalam waktu singkat
mendapat sambutan dari masyarakat. Ahirnya, Nahdatul Ulama menjadi organisasi
Islam terbesar sampai sekarang ini. Pada tahun 1952 M Nahdatul Ulama mengubah
dirinya menjadi partai politik.Ketika diadakan pemilihan umum yang pertama pada
tahun 1955 M,Nahdatul Ulama sebagai pemenang ke tiga setelah PNI dan Masyumi.
Dalam perkembangan terahir ini, setelah
dibentuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP), NU kembali menjadi organisasi
kemasyarakatan, dan tidak lagi sebagai partai politik.Sekarang NU seperti nama
awal mulanya atau kembali kepada khittah 1926, yakni garis-garis organisasi
pada saat didirikan.
Selain 7 faktor diatas, berikut data
yang bias memperkuat atau menambah peranan agama Islam dalam mewujudkan
kemerdekaan Indonesia.
1.
Perjuangan
Kerajaan-Kerajaan Islam melawan colonial
Dimulai sejak masuknya bangsa
Barat dengan pendekatan kekuatan yang represif (bersenjata), maka dilawan oleh
kerajaan-kerajaan Islam dikawasan Nusantara ini.Perjuangan ini antara lain :
Malaka melawan serangan Portugis (1511) diteruskan oleh Ternate di Maluku
(PORTUGIS berhasil dihalau samai ke Timor Timur), kemudian Makasar berhasil
melawan Belanda (VOC),Banten melawan serangan Belanda (VOC) dan Mataram Islam
juga melawan pusat kekuasaan Belanda (VOC) di Batavia (1628-1629) dan masih
banyak lagi.Mereka gigih dan Belanda pun kalang kabut,namun setelah ada politik
“Devide Et Impera” (Politik pecah belah),satu persatu kerajaan ini dapat
dikuasai.Meskipun demikian semangat rakyat tidak pudar melawan penjajahan
colonial,maka selanjutnya perjuangan melawan enjajahan diteruskan oleh rakyat
diimin Ulama.
2.
Perjuangan Rakyat dipimpin
oleh Para Ulama
Setelah kaum colonial berhasil
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia, namun umat Islam bersama ulamanya
tidak berhenti melawan enjajahan.Muncullah era Gerakan Sosial merata diseluruh
pelosok tanah air.Ulama sebagai elit agama Islam memimin umat melawan
penindasankedholiman penjajah.Sejak dari Aceh muncul perlawanan rakyat
dipimppin oleh Cik Di Tiro,Teuku Umar, Cut Nya’ Dhien: di Sumatera Barat muncul
perang paderi dipimpin oleh Imam Bonjol dan masih banyak lagi.
Dari perlawanan tersebut pihak Belanda mulai goyah kekuasaannya,sebagai bukti tiga perlawanan yang dilakukan yaitu Rakyat Aceh,Sumatera Barat dan Java Oorlog (Dionegoro) telah mengorbankan sebanyak8.000 tentara Belanda mati.Oleh karena itu mereka mencari jalan lain yaitu merobah politik kolonialnya dengan pendekatan “ Welfere Politiek” (politik kemakmuran) untuk menarik simpatik rakyat jajahan.Namun pada hakekatnya politik itu dijalankandengan perang kebudayaan dan ideology,terutama untuk memecah dan melemahkan umat Islam Indonesia yang dianggapnya musuh utama pemerintah kolonial.
B.
Perkembangan Islam Pada
Masa Kemerdekaan
1. Revolusi dan Demokrasi Liberala
Menjelang
teks Proklamasi akan dibacakan sebenarnya ada beberapa masalah yang timbul,
diantaranya Piagam Jakarta, sama sekali tidak digunakan.Soekarno-Hatta justru
membuat teks Proklamasi yang lebih PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia)Berbeda dengan BPUPKI yang husus untuk tanah Jawa,PPKI merupakan
perwakilan daerah seluruh kepulauan Indonesia.Perubahan itu menyebabkan anggota
BPUPKI yang mundur,termasuk beberaa panitia Sembilan.Persentasi Nasionalis
Islam pun mulai merosot tajam.
Pada waktu itu muh. hatta
dalam sidang PPKI setelah kemerdekaan dapat dengan mudah meyakinkan angota
bahwa hanya suatu konstitusi “sekuler” yang memiliki kemungkinaan besar dapat
diterima dari berbagai kalangan. Tujuh kalimat yang tercantum dalam sila
pertama Pancasila dengan segala konsekwensinya dihapuskan dari
konstitusi.Bahkan Kantor Urusan Agama seperti yang diperoleh Islam selama
pendudukan Jepang oleh panitiapun ditolak.
Pada
nasionalis muslim agak kecewa dengan keputusan tersebut sebab mereka berjuang
dengan segala daya dan upaya untuk kemerdekaan Indonesia dengah harapan Islam
menjadi salah satu asas dalam perkembangan kedepan,namun jangankan berdasarkan
Islam,Piagam Jakartapun tidak,maka bias kalian bayangkan betapa kecewanya para
nasionalis Islam pada waktu itu.Diwaktu yang lain Soekarno dan Hatta
menyampaikan bahwa UUD yang sudah disepakati memiliki sifat
kesementaraan.Soekarno mengatakan.”nanti….dalam suasana yang lebih tentram,kita
tentu….dapat membuat UUD yang lebih lengkap,lebih sempurna.
Setelah
beberapa waktu kemudian,kehawatiran umat Islam sedikit lega dengan keputusan
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) ,pengganti PPKI,yang bersidang pada
tanggal 25,26 dan 27 November 1945 bahwa perlu dibentuk Kementrian
Keagamaantersendiri untuk mengatur soal-soal keagamaan sehingga tidak lagi
bercampur dengan kementrian Pendidikan.
Umat
Islam sangat gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari agresi
Belanda,rakyat terlibat langsung dalam perjuangan fisik.Para ulama di
kampong-kampung menyerukan perang jihad fisabilillah.Rakyat berjuang dengan
menyerukan takbir Allohu akbar dengan penuhenergi agar diri mereka selalu
semangat,sampai kemerdekaan Indonesia penuh tercapai.
Adanya
Departemen Agama yang sudah dibentuk,ternyata tidak mampu meredam konflik
ideology pada masa sesudahnya,ditambahnya diumumkan oleh wakil Presiden bahwa
diperbolehkannya mendirikan partai polotik,maka tiga kekuatan yang sebelumnya
bertikai muncul kembali.Pada tanggal 17 November 1945,Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi) lahir sebagai wadah aspirasi umat Islam,17 Desember 1945
partai sosialis yang mengkristalisasikan falsafah hidup Marxis berdiri, dan 29
Januari 1946,Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mewadahi cara hidup nasional
“ sekuler” pun muncul.Partai-partai yang berdiri setelahnya dapat dikategorikan
menjadi tiga aliran utama di atas, diantara Partai Serikat Islam Indonesia
(PSII), yang keluar dari Masyumi tahun 1947, Persatuan Tarbiyah Islamiyah
(PERTI), dan Nahdatul Ulama yang keluar dari Masyumi pada tahun 1952.
Dalam
masa-masa revolusi, sebenarnya konflik ideologi tidak dapat dilihat dengan jelas,namun dapat
dirasakan dan disaksikanmelalui pergantian-pergantian kabinet yang silih
berganti.baru, setelah pemilihan umum pertama 1955, didalam hasil konstituante
hasil pemilu itu, dialog ideology menjadi muncul kembali secaraterbuka,
sebagaimana yang terjadi dalam BPUPKI.
Adanya
tiga kekuatan ideology di atas, memunculkan tiga alternative yang dapat
digunakan sebagai dasar negara : Islam, Pancasila dan Sosial Ekonomi.Setelah
beberapa kali sidang digelar,perdebatan ideologis tentang dasar negara terpola
menjadi Islam dan Pancasila.
Pemilu
pertama tahun 1955 tidak satupun aliran-aliran pokok tampil sebagai pemenang, namun
menghasilkan suatu pertimbangan kekuatan yang mengharuskan adanya kompromi dan
kerja sama dalam bidang politik. Apabila masing-masing aliran dengan teguh dank
eras memegang prinsipnya masing-masing maka sidang-sidang tidak akan pernah
selesai dan tidak menghasilkan apapun.
Partai-partai
Islam berusaha untuk menegakkan Islam sebagai dasar ideology dasar negara
didalam konstituante, namun mengalami jalan buntu. Begitu pula dengan
Pancasila, yang umat Islam waktu itu, dipandang sebagai milik kaum “ anti
muslim”.Setidak-tidaknya di dalam konstituante.Sebenarnya perjuangan masih
terbuka lebar,namun usaha berahir dengan adanya Dekrit Presiden
1959,konstituante dinyatakan bubar dan UUD 1945 berlaku kembali.
Dikeluarkan
Dekrit Presiden memiliki tujuan untuk penengah,namun menjadi tanda adanya era
baru yaitu Demokrasi Terpimpin,yang membawa kehidupan demokrasi terancam dan
berada dalam situasi tidak menentu.
2. Masa Demokrasi Terpimpin
Pada
masa demokrasi terpimpin (1959-1965),presiden Soekarno mulai memerintah dengan
sikap dictator.Partai-partai yang tidak setuju dengannya dianggap menentang
dirinya.Soekarno telah membubarkan parlemen dan mengantinya dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) yang beranggotakan 283 orang.Wakil-wakil
partai Islam hanya mendapat jatah 43 kursi dengan perincian : NU 36,PSII : 5
kursi,Perti 2 kursi.Padahal jumlah wakil-wakil mereka 115 kursi dalam parlemen
yang dibubarkan oleh Soekarno.Pengucilan ini terus berlangsung sampai
dikeluarkannya keputusan presiden No.200/1960 tentang pembubaran Masyumi dan
PSI.
Peranan
partai islam lama kelamaan tidak mendapatkan perann atau mengalami kemerosotan
yang tajam.Tidak ada jabatan mentri berposisi penting yang diserahkan
Islam,sebagaimana yang terjadi pada masa Departemen Parlementer.Satu-satunya
yang diloloskan adalah pengajaran agama di Universitas dan Perguruan Tinggi.
Ide
NASAKOM ( penyatuan antara Nasionalis,Sekuler,Islam dan Komunis)dalam masa ini
mulai diberlakukan kembali oleh Soekarno yang dilaksanakan secara sendiri,peran
partai tidak begitu berpengaruh kecuali PKI yang memainkan peran penting dan
diliputi dengan semangat tinggi.Masa ini lebih didominasi oleh PKI yang
mengakibatkan ketegangan gerakan 30 September PKI tahun 1965 atas kerjasama
antara ABRI dan umat Islam dan golongan lainnya untuk menumpas kekejaman
PKI.ANTARA Islam dan komunisme.Angkatan senjata dan kaum nasionalis”sekuler”
merasa tidak puas dengan system yang berjalan.
Masa
Demokrasi Terpimpin berahir dengan gagalnya gerakan 30 September PKI tahun 1965
atas kerjasama antara ABRI dan umat Islam dan golongan lainnya untuk menumpas kekejaman
PKI.
C.
Perkembangan Agama Islam
Pasca Kemerdekaanlama
Setelah Indonesia merdeka ,Islam terus
berkembang melalui beberapa aspek,sehingga umat Islam dapat lebih leluasa untuk
berdakwah dan terus melakukan perbaikan untuk melakukan kehidupan beragama yang
lebih baik.
1. Departemen Agama.
Setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya para pemimpin rakyat Indonesia sepakat untuk menerapkan bentuk
republikdalam pemerintahan Indonesia.emerintahannya didasarkan pada asas Pancasila
dan UUD 1945.
Dalam struktur pemerintahan Indonesia
dibentuk Departemen Agama (Kementrian Agama) yang pertama kalinya didirikan
pada masa kabinet Syahrir dan menteri Agamanya dipegang oleh orang muslim
sampai sekarang.
Sebelum terbebtuknya Departemen ini,ada
pembahasan mengenai apakah departemen ini dinamakan departemen Agama Islam atau
Departemen Agama.Ahirnya diputuskan menjadi Departemen Agama, yanga
pertama-tama mempunyi tiga seksi dan kemudian empat seksi,masing-masing untuk
kaum muslimin, umat Protestan, umat Katolik,dan umat Hindu Budha.
Tujuan dan fungsi Departemen Agama yang
dirumuskan pada tahung 1967 adalah sebagai berikut:
a.
Mengurus serta mengatur
pendidikan agama di sekolah-sekolah serta membimbing perguruan-perguruan agama.
b.
Mengikuti dan memperhatikan
hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan.
c.
Memberi penerangan dan
penyuluhan agama.
d.
Mengurus dan mengatur
peradilan agama serta menyelaesaikan masalah yang berhubungan dengan hukum
agama.
e.
Mengurus dan mengembangkan
IAIN, perguruan tinggi swasta dan pesantren.
f.
Mengatur, mengawasi dan
mengurus penyelenggaraan ibadah haji.
2. Majelis Ulama Indonesia
Selain Departemen agama, cara lain
pemerintah Indonesia dalam menyelenggarakan administrasi islam adallah
mendirikan. Majelis ulama Pertama kali Majelis Ulama didirikan pada masa
pemerintahan Soekarno di Jawa Barat pada tanggal 12 Juli 19m5m, diketuai oleh
seorang panglima militer.
Pada tanggal 8 September 1969 di Jakarta
didirikan Pusat Dakwah Islam Indonesia (PDII) yang merupakan badan setengah
resmi, tokoh-tokoh pemerintah, organisasi Islam turut ikut dalam organisasi
ini.Organisasi ini diketuai oleh Letjen Soedirman.Pada tahun 1974 diadakan
lokakarya mubaligh se-Indonesia yang membahas perlunya didirikan Majelis Ulama
Indonesia.Pada tahun 1975 berdirilah Majelis Ulama Indonesia di tiap-tiap ibu
kota propinsi.
Sementara itu di Jakarta dibentuk
panitia musyawarah nasional 1 Majelis Ulama seluruh Indonesiayang berlangsung
pada tanggal 21-17 Juli 1975.Ketika itulah Majelis Ulama berdiri.iagam berdirinya
ditanda tangani oleh 26 ketua Majelis Ulama tingkat 1 , 10 ulama unsur
organisasi tingkat pusat, 4 ulama rohani Islam AU, AD, AL,dan unsur Polri dan
13 ulama diundang secara perorangan.
Adapun
fungsi majelis ulama itu sendiri adalah:
a.
Memberi fatwa dan nasehat
mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam
umumnya sebagai amar ma’ruf nahi munkar,dalam usaha meningkatkan ketahanan
nasional.
b.
Mempererat ukhuwah
Islamiyah dan memelihara serta meningkatkan suasana kerukunan antar umat
beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
c.
Mewakili umat Islam dan
konsultasi antar umat beragama.
d.
Penghubung antara ulama dan
umaro serta menjadi penerjemah imbal balik aantara pemerintah dan umat guna
mensukseskan ppembangunan national.
No comments:
Post a Comment