Materi : Al Qur'an 1
Menggali Potensi Akal Dengan Berpikir Kritis Dan Bersikap Demokratis
BAB 1 :
MENGGALI POTENSI AKAL DENGAN BERPIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS.
1. Makna Berpikir Kritis dan Sikap Demokratis.
a. Berpikir Kritis.
Berpikir Kritis yaitu berpikir secara bealasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan tentang apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Berpikir kritis juga merupakan sebuah pola pikir yang memungkinkan manusia menganalisa masalah berdasarkan data yang relevan sehingga dapat mencari kemungkinan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang terbaik.
Sedangkan menurut pandangan Islam berfikir kritis bearti segala sesuatu hal yang kita temui dan ketahui dikehidupan sehari-hari tidak boleh diterima secara begitu saja tetapi harus dikaji terlebih dahulu asal muasalnya, apakah hal tersebut bertentangan dengan ajaran Islam atau tidak. Adapun contoh berfikir kritis adalah tentang perayaan-perayaan tahun baru, kenapa harus diperingati dari mana asal mulanya dan apakah ada manfaat atau malah lebih banyak mudharatnya ?
b. Sikap Demokratis.
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan (etimologis) dan istilah (terminologis).
Secara Etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan Cratein atau crotos yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.
Secara Terminologis, demokrasi adalah mekanisme sistem pemerintahan suatu negara upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara ) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Dalam agama Islam, sejatinya tidak dikenal istilah demokrasi. Orang-orang Islam hanya mengenal kebebasan ( al hurriyah ) yang merupakan pilar utama demokrasi yang diwarisi semenjak jaman Nabi Muhammad saw. termasuk didalamnya kebebasan memilih pemipin, mengelola negara bersama-sama ( syura ), kebebasan mengkritisi penguasa dan kebebasan berpendapat.
2. Ayat Al Qur'an dan Hadits tentang Berpikir Kritis dan bersikap Demokratis.
a. Q.S. Ali Imron/3 : 190 - 191
1. Teks Ayat Q.S. Ali Imron/3 : 190 - 191
2. Arti Keseluruhan Q.S. Ali Imron/3 : 190 - 191 tentang Berfikir Kritis.
Ayat 190 : " Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda ( kebesaran ) Alloh bagi orang-orang yang berakal ."
Ayat 191 : " Yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Alloh dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata , " Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,linddungilah kami dari siksa api neraka."
3. Hukum Bacaan Q.S Ali Imron : 190-191
Tajwid Surat Ali-Imran ayat 190:
إِنَّ → ghunnah karena ada nun ditasydid
فِي → mad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' suku
خَلْقِ السَّمَاوَاتِ → idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu salah satu huruf syamsyiyah yaitu huruf sin, dan mad thobi'i karena da fathah diikuti alif
وَالْأَرْضِ → idhar qomariyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif
وَاخْتِلَافِ → mad thobi'i karena ada fayhah diikuti alif
اللَّيْلِ → idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu lam
وَالنَّهَارِ → idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu nun dan mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
لَآيَاتٍ لِأُولِي → idghom bila ghunnah karena ada tanwin bertemu lam
الْأَلْبَابِ → idhar qomariyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif, dan mad arid lis sukun karena sebelum waqaf ada mad thobi'i
Tajwid Surat Ali-Imran ayat 191 :
الَّذِينَ → idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu lam
يَذْكُرُونَ → mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
اللَّهَ → tafhim karena ada lam jalalain didahului fathah
قِيَامًا → mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
قِيَامًا وَقُعُودًا → idghom bighunnah karena ada tanwin bertemu wawu tidak dalam satu kalimah
وَقُعُودًا → mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
وَقُعُودًا وَعَلَىٰ → idghom bighunnah karena ada tanwin bertemu wawu tidak dalam satu kalimah
جُنُوبِهِمْ → mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu suku
جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ → idhar syafawi karena ada mim mati bertemu dengan salah satu huruf idhar syafawi yaitu huruf wawu
يَتَفَكَّرُونَ → mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
فِي → mad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' sukun
السَّمَاوَاتِ → idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu salah satu huruf syamsyiyah yaitu huruf sin, dan mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
وَالْأَرْضِ → idhar qomariyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif
رَبَّنَا → mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
مَا → mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
خَلَقْتَ → qolqolah sughro karena ada salah satu huruf qolqolah bertanda baca sukun atau asli mati
هَٰذَا → mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
بَاطِلًا → mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
بَاطِلًا سُبْحَانَكَ → ihfa' karena ada tanwin bertemu salah satu huruf ihfa' yaitu huruf sin
سُبْحَانَكَ → mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
فَقِنَا → mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
عَذَابَ → mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
النَّارِ → idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu nun, dan mad arid lis sukun karena sebelum waqof ada mad thobi'i.
4. Isi Q.S. Ali Imron/3 : 190-191 tentang berpikir kritis.
Kandungan Surat Ali-Imran ayat 190-191
1) dalam penciptaan langit dan bumi ada tanda" kekuasaan Allah bagi seorang hamba yg mau mencermatinya , dg cara mentafakkuri atau memikirkan ayat" kauniyah Nya
2) karakteristik / ciri" org yg berfikir ttg tanda" kekuasaan Allah adalah : org yg senantiasa berdzikir kpd Allah dg berbagai keadaannya , org yg selalu menghambahkan diri pada Allah.
Al Qur'an 2 : Ayat Al Qur'an dan Hadits tentang sikap Demokratis
c. Ayat Al Qur'an dan Hadits tentang sikap Demokratis .
Quran Surat Ali ‘Imran Ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Arab-Latin: Fa bimā raḥmatim minallāhi linta lahum, walau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍụ min ḥaulika fa'fu 'an-hum wastagfir lahum wa syāwir-hum fil-amr, fa iżā 'azamta fa tawakkal 'alallāh, innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn
Terjemah Arti: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Berikut ini adalah kutipan teks surat Ali Imran ayat 159 teks arab serta artinya dalam per kata :
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ
Arti Perkata Surat Ali Imran Ayat 159
مِّنَ
رَحۡمَةٖ
فَبِمَا
dari
rahmat
maka dengan
لَهُمۡۖ
لِنتَ
ٱللَّهِ
bagi/terhadap mereka
kamu berlaku lemah lembut
Allah
فَظًّا
كُنتَ
وَلَوۡ
bersikap keras
kamu adalah
dan sekiranya
لَٱنفَضُّواْ
ٱلۡقَلۡبِ
غَلِيظَ
tentu mereka akan menjauhkan diri
hati
kasar
فَٱعۡفُ
حَوۡلِكَۖ
مِنۡ
maka maafkanlah
sekelilingmu
dari
لَهُمۡ
وَٱسۡتَغۡفِرۡ
عَنۡهُمۡ
bagi mereka
dan mohonkan ampun
dari mereka
ٱلۡأَمۡرِۖ
فِي
وَشَاوِرۡهُمۡ
urusan
dalam
dan bermusyawarahlah dengan mereka
فَتَوَكَّلۡ
عَزَمۡتَ
فَإِذَا
maka bertawakkallah
kamu membulatkan tekad
maka apabila
إِنَّ
ٱللَّهِۚ
عَلَى
sesungguhnya
Allah
atas/kepada
ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ
يُحِبُّ
ٱللَّهَ
orang-orang yang bertawakkal
Dia menyukai
Allah
Isi Kandungan Ayat
Isi kandungan pada surat ali Imran ayat 159 mengajarkan kepada kita akhlaq Nabi ketika menghadapi sahabat-sahabatnya,
Pertama, bersikap lemah-lembutlah kepada orang lain dalam hal apapun karena jika kita bersikap kasar tentunya orang akan menjauh dari kita.
Kedua, setiap orang tentunya sangat berpotensi untuk berbuat salah maka hendaklah selalu bersedia untuk memaafkan karena sejatinya manusia adalah tempat salah dan lupa.
Ketiga, Hindarilah sikap egois, jangan selalu ingin mengedepankan pendapat sendiri, hendaknya kita selalu bermusyawarah dan meminta pendapat kepada orang dalam menghadapi suatu masalah terutama masalah yang sedang dihadapi bersama misalnya masalah yang berkaitan dengan ekonomi, politik, sosial dan lain-lain.
Keempat, dan yang terakhir adalah selalu bertawakkal kepada Allah swt karena sejatinya karena ijin Allah swt semua yang kita rencanakan akan terwujud. Orang yang selalu bertawakkal kepada Allah tentunya tidak akan pernah merugi karena dia yakin apa yang terjadi merupakan taqdir terbaik yang Allah berikan.
Tajwid QS. Ali Imran: 159
ﻓَﺒِﻤَﺎ : Mad Thabi'i
ﺭَﺣْﻤَﺔٍ ﻣِﻦَ : Idgham bighunnah (ada kasrotain bertemu mim) [bila ada nun sukun atau tanwin bertemu huruf ya-nun-mim-wawu maka hukum tajwidnya disebut idgham bighunnah). Idgham= memasukkan dan bighunnah= dengan dengung
ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ : Lam jalalah dibaca tebal (tafkhim) karena sebelum lafal Allah berharakat fathah (lam jalalah adalah lam yang ada pada lafal Allah. Lam jalalah dibaca tebal (tafkhim) bila sebelum lafal Allah berharakat fathah atau dhammah. Lam jalalah dibaca tipis (tarqiq) jika sebelum lafal Allah berharakat kasrah)
ﻟِﻨْﺖَ : ikhfa haqiqi (ada nun sukun bertemu ta). Bila ada nun sukun atau tanwin bertemu huruf ta, tsa, jim, dal, dzal, zay, sin, syin, shaad, zhaad, tha, dha, fa, qaf, kaf baka dibaca samar (ikhfa). Mengucapkan huruf yang disukun atau ditanwin dan siap-siap akan mengucapkan huruf berikutnya.
ﻋَﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔِﺮْ : idhar syafawi (ada mim sukun bertemu huruf wawu). Hukum mim sukun ada tiga:
- Mim sukun beretmu mim disebut idgham mimi/mislain
- Mim sukun bertemu ba disebut ikhfa' syafawi
- Mim sukun bertemu selain mim dan ba disebut idhar syafawi
BERSIKAP DEMOKRATIS
Nilai-nilai demokratis seperti toleransi dan musyawarah banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an, seperti pasa surah Ali-Imran ayat 159, surah Al-Isra’ ayat 70, surah Al-Baqrah ayat 30, surah Al-Hujirit ayat 13, surah As-Syura ayat 38 dan masih banyak lagi lainnya.
Sementara itu, hadis yang berbicara mengenai sikap demokratis tersebut salah satunya adalah sebagai berikut:b. Hadits tentang Bersikap Demokratis
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَكْثَرَ مَشُورَةً لِأَصْحَابِهِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Abu Hurairah berkata : “Tidaklah aku melihat seseorang yang lebih banyak bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam." ( H.R. At Tirmidzi )
Al Qur'an (3) : Isi Q.S. Ali Imron/3 : 190-191 tentang berfikir kritis.
Surat Ali Imran ayat 190-191 menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab.
Q.S Ali Imran merupakan surat ketiga dalam Al Quran. Banyak keutamaan yang terkandung dalam surat Ali Imran. Salah satunya dalam surat Ali Imran ayat 190-191.
Surat Ali Imran ayat 190-191 menjelaskan tentang penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab.
Ulil albab yang diterjemahkan sebagai orang-orang berakal memiliki dua ciri utama yakni dzikir dan pikir.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi yang tanpa ada contoh sebelumnya dan dalam pergantian malam dan siang dan perbedaan waktu keduanya dengan memanjang dan memendek benar-benar merupakan petunjuk-petunjuk dan bukti-bukti yang agung atas keesaan Allah bagi orang-orang yang mempunyai akal-akal yang selamat. (Tafsir Al-Muyassar)
Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dari tidak ada menjadi ada serta tanpa ada contoh sebelumnya, dan di dalam pergantian malam dan siang serta perbedaan panjang dan pendeknya waktu, benar-benar terdapat bukti-bukti nyata bagi orang-orang yang berakal sehat yang menunjukkan mereka kepada Sang Maha Pencipta alam semesta, hanya Dia Yang berhak disembah. (Tafsir Al-Mukhtashar)
Sesungguhnya dalam penciptaan dan pembuatan langit dan bumi, pergantian malam dan siang hari dengan sangat rinci, pergantian keduanya dalam waktu yang lama maupun singkat, panas dan dingin, serta peristiwa lainnya itu mengandung dalil yang jelas atas keberadaan, kuasa dan keesaan Allah bagi orang-orang yang berakal sehat. Ayat ini diturunkan ketika suku uraisy meminta Nabi SAW dengan berkata: “ Berdoalah kepada Tuhanmu untuk menjadikan bukit Shafa menjadi emas” Lalu beliau berdoa kepada Tuhan. Kemudian turunlah ayat ini Inna fii khalqissamaawaati, Maka sebaiknya kalian memikirkan hal tersebut. (Tafsir al-Wajiz)
MATERI : AL QUR'AN (5)
MERAIH CINTA ALLAH
DENGAN BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM BEKERJA
Pertemuan 5 :
A. Etos Kerja dalam Perspektif Islam
a. Pengertian Etos Kerja
Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Secara etimologis, kata etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti: sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.1 Menurut John M Echols dan Hassan Shadily ethos adalah "jiwa khas suatu bangsa",2 di mana sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.
Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang meyakininya. Dari kata etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buruk (moral). Sedangkan secara terminologi kata etos diartikan sebagai suatu aturan umum, cara hidup, tatanan dari prilaku atau sebagai jalan hidup.
Manusia adalah makhluk pekerja. Dengan bekerja manusia akan mampu memenuhi segala kebutuhannya agar tetap bertahan. Karena itu, bekerja adalah kehidupan. Sebab melalui pekerjaan itulah, sesungguhnya hidup manusia bisa lebih berarti. Manusia harus bekerja dan berusaha sebagai manifestasi kesejatian hidupnya demi menggapai kesuksesan dan kebahagiaan hakiki, baik jasmaniah maupun rohaniah, dunia dan akhirat. Namun bekerja tanpa dilandasi dengan semangat untuk mencapai tujuan tentu saja akan sia-sia atau tidak bernilai. Inilah yang biasa dikenal dengan istilah "etos kerja"
b. Etos Kerja Dalam Sudut Pandang Islam
Sebagai agama yang bertujuan mengantarkan hidup manusia kepada kesejahteraan dunia dan akhirat, lahir dan batin, Islam telah membentangkan dan merentangkan pola hidup yang ideal dan praktis. Pola hidup Islami tersebut dengan jelas dalam Al-Quran dan terurai dengan sempurna dalam sunnah Rasulullah s.a.w.
Agama Islam adalah agama serba lengkap, yang di dalamnya mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik kehidupan spiritual maupun kehidupan material termasuk di dalamnya mengatur masalah Etos kerja. Secara implisit banyak ayat al Qur'an yang menganjurkan umatnya untuk bekerja keras,
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Nabi SAW bersabda, "Barang siapa bersore hari dalam kondisi kelelahan karena pekerjaan yang dilakukannya maka ia bersore hari dalam keadaan diampuni (oleh Allah)." (HR Thabrani, al-Mundziri, dan al-Ashbahani).
Al Qur'an dan Hadis tersebut menganjurkan kepada manusia, khususnya umat Islam agar memacu diri untuk bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin, dalam arti seorang muslim harus memiliki etos kerja tinggi sehingga dapat meraih sukses dan berhasil dalam menempuh kehidupan dunianya di samping kehidupan akheratnya.
Namun dalam realitas kehidupan, masih banyak bangsa Indonesia khususnya umat Islam yang bersikap malas, tidak disiplin, tidak mau kerja keras, dan bekerja seenaknya. Hal ini didukung kenyataan berupa kebiasaan yang disebut dengan "jam karet", maksudnya kalau mengerjakan sesuatu sering tidak tepat waktu atau sering terlambat dan sebagainya. Ini berarti bahwa bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya umat Islam masih memiliki etos kerja rendah.
MATERI :AL QUR'AN (7)
ANJURAN BERTOLERANSI
Toleransi beragama berarti saling menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk agama lain,tidak memaksakan suatu agama dan tidak mencampuri urusan agama masing-masing.Umat Islam diperbolehkan bekerja sama dengan pemeluk agama lain dalam aspek muamalah (ekonomi,sosial dan urusan duniawi lainnya). dalam sejarahpun, Nabi Muhammad Saw.telah memberi teladan mengenai bagaimana hidup bersama dalam keberaagaman.Dari sahabat Abdullah ibn Amr,sesungguhnya dia menyembelih seekor kambing.Dia berkata ," Apakah kalian sudah memberikan hadiah (daging sembelihan) kepada tetanggaku yang beragama Yahudi ? karena aku mendengar Rosululloh Saw berkata ," Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku tentang tetangga,sampai aku menyangka beliau akan mewariskan kepadaku." (H.R. Abu Dawud).Sesungguhnya ketika (serombongan orang membawa) jenazah melintas didepan Rosululloh, maka beliau berdiri .Para sahabat bertanya , "Sesungguhnya dia juga jiwa (manusia)." (H.R Imam Bukhari. Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw berhutang makanan dari orang Yahudi dan beliau menggadaikan pakaian besi kepadanya (H.R. Imam Bukhari).
A. Bagimu Agamamu , Bagiku Agamaku.
Q.S. Al Kafirun : 1-6
Quran Surat al-Kafirun
1. قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْكَٰفِرُونَ
qul yā ayyuhal-kāfirụn
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
lā a'budu mā ta'budụn
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ
wa lā antum 'ābidụna mā a'bud
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ
wa lā ana 'ābidum mā 'abattum
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ
wa lā antum 'ābidụna mā a'bud
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ
lakum dīnukum wa liya dīn
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Isi Kandungan Q.S. Al Kaafirun : 1-6
Turunnya ayat ini menjelaskan adanya usul damai yang disampaikan para petinggi kaum Quraisy kepada Nabi Saw , mereka mengusulkan kepada Nabi saw agar bersedia menyembah apa yang mereka sembah.Dan mereka bersedia menyembah apa yang nabi saw sembah.
Adanya usul tersebut Alloh menurunkan ayat ke-2 dan ke-3 yang menegaskan bahwa usul yang dibawa kaum quraisy itu tidak kan terjadi .
Soal Aqidah atau keTauhidan yaitu meng Esakan Alloh, sesekali tidak dapat dikompromikan atau dicampur aduk dengan syirik.Jika ketauhidan didamaikan dengan syirik ,berarti kemenangan syirik.
No comments:
Post a Comment