Tuesday, February 23, 2021

B.PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KEMERDEKAAN

 


B. Perkembangan Islam Pada Masa Kemerdekaan

1. Revolusi dan Demokrasi Liberala 

Menjelang teks Proklamasi akan dibacakan sebenarnya ada beberapa masalah yang timbul, diantaranya Piagam Jakarta, sama sekali tidak digunakan.Soekarno-Hatta justru membuat teks Proklamasi yang lebih PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)Berbeda dengan BPUPKI yang husus untuk tanah Jawa,PPKI merupakan perwakilan daerah seluruh kepulauan Indonesia.Perubahan itu menyebabkan anggota BPUPKI yang mundur,termasuk beberaa panitia Sembilan.Persentasi Nasionalis Islam pun mulai merosot tajam.

Pada waktu itu muh. hatta dalam sidang PPKI setelah kemerdekaan dapat dengan mudah meyakinkan angota bahwa hanya suatu konstitusi “sekuler” yang memiliki kemungkinaan besar dapat diterima dari berbagai kalangan. Tujuh kalimat yang tercantum dalam sila pertama Pancasila dengan segala konsekwensinya dihapuskan dari konstitusi.Bahkan Kantor Urusan Agama seperti yang diperoleh Islam selama pendudukan Jepang oleh panitiapun ditolak.

Pada nasionalis muslim agak kecewa dengan keputusan tersebut sebab mereka berjuang dengan segala daya dan upaya untuk kemerdekaan Indonesia dengah harapan Islam menjadi salah satu asas dalam perkembangan kedepan,namun jangankan berdasarkan Islam,Piagam Jakartapun tidak,maka bias kalian bayangkan betapa kecewanya para nasionalis Islam pada waktu itu.Diwaktu yang lain Soekarno dan Hatta menyampaikan bahwa UUD yang sudah disepakati memiliki sifat kesementaraan.Soekarno mengatakan.”nanti….dalam suasana yang lebih tentram,kita tentu….dapat membuat UUD yang lebih lengkap,lebih sempurna.

Setelah beberapa waktu kemudian,kehawatiran umat Islam sedikit lega dengan keputusan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) ,pengganti PPKI,yang bersidang pada tanggal 25,26 dan 27 November 1945 bahwa perlu dibentuk Kementrian Keagamaantersendiri untuk mengatur soal-soal keagamaan sehingga tidak lagi bercampur dengan kementrian Pendidikan.

Umat Islam sangat gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari agresi Belanda,rakyat terlibat langsung dalam perjuangan fisik.Para ulama di kampong-kampung menyerukan perang jihad fisabilillah.Rakyat berjuang dengan menyerukan takbir Allohu akbar dengan penuhenergi agar diri mereka selalu semangat,sampai kemerdekaan Indonesia penuh tercapai.

Adanya Departemen Agama yang sudah dibentuk,ternyata tidak mampu meredam konflik ideology pada masa sesudahnya,ditambahnya diumumkan oleh wakil Presiden bahwa diperbolehkannya mendirikan partai polotik,maka tiga kekuatan yang sebelumnya bertikai muncul kembali.Pada tanggal 17 November 1945,Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) lahir sebagai wadah aspirasi umat Islam,17 Desember 1945 partai sosialis yang mengkristalisasikan falsafah hidup Marxis berdiri, dan 29 Januari 1946,Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mewadahi cara hidup nasional “ sekuler” pun muncul.Partai-partai yang berdiri setelahnya dapat dikategorikan menjadi tiga aliran utama di atas, diantara Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), yang keluar dari Masyumi tahun 1947, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), dan Nahdatul Ulama yang keluar dari Masyumi pada tahun 1952.

Dalam masa-masa revolusi, sebenarnya konflik ideologi  tidak dapat dilihat dengan jelas,namun dapat dirasakan dan disaksikanmelalui pergantian-pergantian kabinet yang silih berganti.baru, setelah pemilihan umum pertama 1955, didalam hasil konstituante hasil pemilu itu, dialog ideology menjadi muncul kembali secaraterbuka, sebagaimana yang terjadi dalam BPUPKI.

Adanya tiga kekuatan ideology di atas, memunculkan tiga alternative yang dapat digunakan sebagai dasar negara : Islam, Pancasila dan Sosial Ekonomi.Setelah beberapa kali sidang digelar,perdebatan ideologis tentang dasar negara terpola menjadi Islam dan Pancasila.

Pemilu pertama tahun 1955 tidak satupun aliran-aliran pokok tampil sebagai pemenang, namun menghasilkan suatu pertimbangan kekuatan yang mengharuskan adanya kompromi dan kerja sama dalam bidang politik. Apabila masing-masing aliran dengan teguh dank eras memegang prinsipnya masing-masing maka sidang-sidang tidak akan pernah selesai dan tidak menghasilkan apapun.

Partai-partai Islam berusaha untuk menegakkan Islam sebagai dasar ideology dasar negara didalam konstituante, namun mengalami jalan buntu. Begitu pula dengan Pancasila, yang umat Islam waktu itu, dipandang sebagai milik kaum “ anti muslim”.Setidak-tidaknya di dalam konstituante.Sebenarnya perjuangan masih terbuka lebar,namun usaha berahir dengan adanya Dekrit Presiden 1959,konstituante dinyatakan bubar dan UUD 1945 berlaku kembali.

Dikeluarkan Dekrit Presiden memiliki tujuan untuk penengah,namun menjadi tanda adanya era baru yaitu Demokrasi Terpimpin,yang membawa kehidupan demokrasi terancam dan berada dalam situasi tidak menentu.


2. Masa Demokrasi Terpimpin 


Pada masa demokrasi terpimpin (1959-1965),presiden Soekarno mulai memerintah dengan sikap dictator.Partai-partai yang tidak setuju dengannya dianggap menentang dirinya.Soekarno telah membubarkan parlemen dan mengantinya dengan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) yang beranggotakan 283 orang.Wakil-wakil partai Islam hanya mendapat jatah 43 kursi dengan perincian : NU 36,PSII : 5 kursi,Perti 2 kursi.Padahal jumlah wakil-wakil mereka 115 kursi dalam parlemen yang dibubarkan oleh Soekarno.Pengucilan ini terus berlangsung sampai dikeluarkannya keputusan presiden No.200/1960 tentang pembubaran Masyumi dan PSI.

Peranan partai islam lama kelamaan tidak mendapatkan perann atau mengalami kemerosotan yang tajam.Tidak ada jabatan mentri berposisi penting yang diserahkan Islam,sebagaimana yang terjadi pada masa Departemen Parlementer.Satu-satunya yang diloloskan adalah pengajaran agama di Universitas dan Perguruan Tinggi.

Ide NASAKOM ( penyatuan antara Nasionalis,Sekuler,Islam dan Komunis)dalam masa ini mulai diberlakukan kembali oleh Soekarno yang dilaksanakan secara sendiri,peran partai tidak begitu berpengaruh kecuali PKI yang memainkan peran penting dan diliputi dengan semangat tinggi.Masa ini lebih didominasi oleh PKI yang mengakibatkan ketegangan gerakan 30 September PKI tahun 1965 atas kerjasama antara ABRI dan umat Islam dan golongan lainnya untuk menumpas kekejaman PKI.ANTARA Islam dan komunisme.Angkatan senjata dan kaum nasionalis”sekuler” merasa tidak puas dengan system yang berjalan.

Masa Demokrasi Terpimpin berahir dengan gagalnya gerakan 30 September PKI tahun 1965 atas kerjasama antara ABRI dan umat Islam dan golongan lainnya untuk menumpas kekejaman PKI.


No comments:

Post a Comment